Penyebab Spanyol Dihancurkan 1-5 oleh Belanda
Kekalahan telak Spanyol 1-5 dari Belanda
di partai pembuka Grup B Piala Dunia 2014 bagi sebagian besar pecinta
La Furia Roja pasti mengecewakan, mengejutkan, dan di luar perkiraan.
Sebaliknya,
kemenangan mutlak 5-1 Belanda atas Tim Matador itu merupakan balas
dendam tuntas, dan tentu saja luar biasa dan 'very big surprise'.
Namun,
sesungguhnya kekalahan juara Piala Dunia 2010 dari Tim Oranje yang
pernah ditundukkan di partai final 1-0 lewat perpanjangan waktu itu
'sangat masuk akal' dan bukan kejutan.
Ada sejumlah fakta yang
membuat Clockwork Oranje begitu mudah mengobrak-abrik 'keangguhan'
Matador dalam pertandingan Sabtu dini hari (14/6).
Pertama,
La Furia Roja sudah melewati masa puncak alias kelewat matang untuk
bisa menampilkan peak performance. Puncak kematangan Tim Matador
sebenarnya saat mereka menjuarai Piala Dunia 2010. Jika pun masih bisa
menjuarai Piala Eropa 2012 sebenarnya bukan tim setangguh di Afrika
Selatan.
Dengan mengandalkan tim sama persis saat juara Piala
Dunia 2010 plus Diego Costa sebenarnya merupakan 'perjudian' bagi
Vicente del Bosque.
Dia lupa atau bahkan mungkin kelewat yakin
bisa menundukkan lagi Belanda di penyisihan Grup B hanya berbekal tim
sama dan romantisme kemenangan di Piala Dunia 2010.
Kedua,
Die Oranje yang tadi malam dihadapi Spanyol adalah kesebelasan yang
berbeda sama sekali dengan skuat Piala Dunia 2010. Ini adalah skuat
penyegaran alias gabungan dari pemain muda dan hanya menyisakan empat
veteran Piala Dunia 2010, yakni Robin van Persie, Arjen Robben, Wesley
Sneijder, dan Nigel de Jong yang tampil dalam starting XI.
Peracik
strategi kesebelasan Kincir Angin juga tidak sama dengan Piala Dunia
2010. Kini, Louis van Gaal yang notabene 'pelatih bertangan dingin'
kendati pernah gagal membawa Belanda lolos ke Piala Dunia 2002 adalah
orang yang sudah hafal betul dengan gaya, kelebihan dan kekurangan sepak
bola Spanyol. Van Gaal pernah lama membesut Barcelona.
Selain
itu, van Gaal didukung oleh Patrick Kluivert sebagai asisten yang juga
sudah paham betul dengan sepak bola Spanyol. Kluivert adalah mantan anak
buah van Gaal di Barcelona yang pernah bekerja sama dengan Giovani van
Bronchkorst membela panji Barca.
Ketiga, pola permainan
tiki taka Spanyol yang sangat sakti itu kini bisa diredam oleh gaya
Clockwork Oranje yang mangandalkan darah muda dan pola 5-2-3. Terlihat
bagaimana tiki taka hanya efektif dalam 25 menit babak pertama, dan
praktis setelah gol penalti Xabi Alonso tiki taka Spanyol bisa diredam
dengan baik oleh Kincir Angin.
Menit-menit selanjutnya hingga
babak kedua selesai praktis dikuasai oleh aksi pemain Belanda yang
efektif menjalankan skema baru van Gaal. Clockwork dan embusan angin
Kincir Angin mulai menjadi petaka bagi La Furia Roja pada menit 44 saat
kapten Robin van Persie membuat goal spektakuler melalui tandukan kepala
sambil 'terbang' dan meluncur deras tanpa bisa dijangkau kiper Iker
Casilas.
Keempat, pemain-pemain Belanda kini bisa
berbalik mempermainkan emosi Matador. Hal itu berbeda ketika pemain
Belanda bermain dengan emosi saat final Piala Dunia 2010, dan puncaknya
saat Nigel de Jong menendang ala Kungfu ke dada Iniesta. Gara-gara
bermain dengan emosi dan tanpa pola itu lah tiki taka mengacak-acak
pertahanan Kincir Angin, dan berbuah gol tunggal Iniesta dari kekacauan
di lini pertahanan Belanda.
Xavi Hernadez yang sempat menyebut
Belanda 'tricky' sebelum laga benar-benar 'dikadali' oleh pemain-pemain
Oranje. Wesley Sneijder, Bruno Martin, de Vrij, dan juga van Persie
sukses membuat memancing emosi Iker Casillas dan kawan-kawan-kawan, dan
gol kedua van Persie tidak terlepas dari 'emosi' yang sebelumnya meletup
pada diri Casillas.
Kelima, Belanda berhasil menjalankan
skema permainan dengan benar, serta perpaduan junior-senior yang
efektif. Permainan dua pemain kunci Belanda, Robin van Persie dan Arjen
Robben menjadi penentu dari kemenangan mutlak 5-1 atas Spanyol. Van
Persie dan Robben benar-benar bermain semangat dan ingin membuktikan
kekalahan Belanda di final Piala Dunia 2010 sebenarnya bukan karena
Oranje kalah kelas dari Spanyol.
Terlebih Robben yang punya mimpi
buruk di hadapan Casilas telah membayar kontan. Sejarah bagi Timnas
Belanda bisa berbeda kalau saja one on one Robben-Casilas membuahkan gol
di menit ke-80 babak kedua. Saat itu tendangan datar menyilang Robben
bisa digagalkan oleh ujung sepatu Iker Casilas.
Namun, kini Robben
sudah membayar dua gol fantastis ke gawang Casilas, serta membuat
kapten Spanyol itu jatuh dua kali sebelum gol kedua Robben tercipta.
Robben juga sekali 'menembak' keras tubuh Casilas pada menit-menit
terakhir saat melakukan tendangan rebound di penalti Spanyol.
0 komentar:
Terima Kasih sudah berkunjung dan berkomentar, semoga menjadikan sebagai bahan pengembangan dalam penulisan selanjutnya